Malam itu, aku berjalan di salah satu jalan sunyi Galadria -- di kota Marjana, lebih tepatnya. Di kota ini, bangunan-bangunan yang tidak terlalu tinggi berdiri di atas tanah dengan bangga -- mereka tetap memiliki keindahan seni arsitektur yang mengesankan. Jembatan-jembatan yang menghubungkan jalan dengan jalan menghiasi kota yang penuh air ini. Gondola-gondola yang penuh warna selalu lewat dan mengelilingi kota. Lampu-lampu neon dari toko-toko berkelap-kelip mengusir gelapnya malam, sedangkan lampu jalanan menggantung di atas tiang-tiang dengan pahatan sailfish di dasarnya.
Meski hari sudah malam, para pendayung masih semangat mengantarkan turis-turis keliling kota. Bulan purnama mengambang tinggi di angkasa, dan bintang-bintang gemerlapan menghiasi langit malam. Kendaraan-kendaraan berlalu lalang di jalanan, dan para pejalan kaki sibuk menyeberang. Namun, entah seramai apapun kota ini, suasananya akan selalu sepi. Itu karena ada seorang penguasa yang ditakuti oleh semua orang. Mereka menyebutnya sang "Imperator", bahasa latin dari "penguasa". Siapapun yang mengganggu kesibukan sang Imperator akan dihukum dengan hukuman yang diberikan oleh sang Ultor, penghukum, dengan sewenang-wenang.
Aku tidak bisa bilang aku bersyukur dilahirkan di sini. Tempat ini terlihat sangat teratur dan tertib pada awalnya, tapi...
Tapi, ini karena kelakuan para pejabat yang korupsi dan sewenang-wenang.
·TO BE CONTINUED·
=Jerry S. Blade=
=Jerry S. Blade=